Sejarah dan Kisah Layang-layang
Sabtu, 16 Juli 2011 05:26 WIB
Layang-layang, layangan, atau wau (di sebagian wilayah Semenanjung
Malaya) merupakan lembaran bahan tipis berkerangka yang diterbangkan ke
udara dan terhubungkan dengan tali atau benang ke daratan atau
pengendali. Layang-layang memanfaatkan kekuatan hembusan angin sebagai
alat pengangkatnya. Dikenal luas di seluruh dunia sebagai alat
permainan, layang-layang diketahui juga memiliki fungsi ritual, alat
bantu memancing atau menjerat, menjadi alat bantu penelitian ilmiah,
serta media energi alternatif.
Konon layang-layang ditemukan pada abad 5 SM oleh ilmuan Yunani dari
Tarentum. Namun masyarakat Asia, khususnya Korea, Cina, Jepang, dan
Melayu sudah akrab dengan layang-layang jauh sebelumnya.
Maka
ada dugaan lain, layang-layang berasal dari Cina masa 3000 tahun lalu.
Pada masa pemerintahan Dinasti Han (200 SM-200 M), militer Cina
menempelkan potongan batang bambu pada layang-layang mereka. Saat
"pasukan" layang-layang melintasi pasukan musuh, angin yang menerobos
rongga bambu mengeluarkan bunyi siulan. Barangkali karena jumlahnya
banyak, siulannya menjadi gemuruh. Cukup untuk membuat musuh panik dan
lintang pukang melarikan diri.
Layang-layang
pun menyebar ke kawasan Asia lain, hingga ke Selandia Baru. Bentuk
layang-layang di Eropa mulai berkembang pada abad pertengahan (1100 -
1500). Salah satunya dikembangakan dengan panji-panji militer serupa
kantung penangkap angin. Baru tahun 1500-an muncul bentuk jajaran
genjang, yang kemudian menjadi populer di Eropa.
Menurut dasarnya
layang-layang dikelompokan menjadi 5 jenis. Yang tertua, rata berbentuk
jajaran genjang. Jenis ini memerlukan ekor untuk menimbulkan tahanan
dan merpertahankan tegaknya arah terbang. Makin kencang angin, harus
makin panjang pula ekornya. Panjang ekor paling tidak tujuh kali
diagonal.
Sedangkan lengkung pada layang-layang sengaja dibuat
untuk menciptakan sudut terhadap arah angin, sehingga layang-layang
dapat terbang stabil tanpa bantuan ekor. Layang-layang melengkung ini
dipatenkan pada tahun 1891 oleh William A. Eddy asal Amerika.
Layang-layang
kotak berbentuk tiga dimensi ditemukan oleh Lawrence Hargrave dari
Australia tahun 1893. Untuk menerbangkannya perlu angin yang cukup kuat
dan stabil. Lain lagi dengan dengan layang-layang delta hasil temuan
Francis M. Rogallo dari AS tahun 1941 yang bisa diterbangkan dengan
angin sepoi-sepoi. Nenek moyang alat terbang layang ini bentuknya berupa
dua permukaan segitiga yang bertemu di satu sisi dengan membentuk
sudut. Pada garis pertemuan ini dipasang sirip vertikal di sebelah
bawahnya. Sirip sekaligus lunas penyeimbang ini berfungsi sebagai kekang
kendali yang langsung tersambung dengan benang.
Sedangkan layang-layang flexible
ditemukan oleh Domina C. Jalbert dari AS tahun 1963. Jenis ini memang
tanp rangka, sehingga tiap bagian disambung dengan dijahit atau dilem
sampai bentuk bisa melayang. Salah satunya parafoil kain yang serupa
parasut.
Di Inggris layang-layang hanya boleh mencapai ketinggian 60 M, minimal 5 km di luar wilayah bandara.
Sudah
sejak tahun 1749 layang-layang dipakai dalam penelitian ilmiah. Waktu
itu Alexander Wilson (1714-1786) dan Thomas Melvil (1726-1753) dari
Skotlandia memasang termometer pada layang-layang untuk mengukur
permukaan bumi.
Dengan layang-layang pula pada tahun 1752,
negarawan dan ilmuwan AS Benjamin Franklin berhasil membuktikan teorinya
bawa petir itu bermuatan listrik.
Layang-layang kotak berperan
penting dalam pengembangan pesawat, karena Orville dan Wilbur Wright
menggunakan jenis ini untuk menguji teori mereka tentang pemelintiran
sayap, sebelum akhirnya berhasil menemukan pesawat terbang pertama tahun
1903. Bahkan Alexander Graham Bell, penemu telepon pernah merancang
layang-layang untuk dikembangkan jadi pesawat penumpang.
Manfaat
praktis layang-layang pun cukup banyak. Diantaranya tahun 1847, membantu
merentang kawat melintasi sungai Niagara antara AS dan Kanada, untuk
membangun jembatan gantung pertama. Sedangkan tahun 1800 hingga awal
1900-an, meteorolog memanfaatkan layang-layang kotak yang dilengkapi
alat pengukur cuaca. Khusus pada militer, selama "Perang Dunia II"
(1939-1945) secoki penyelamat dilengkapi layang-layang berantena radio
untuk mengitim pesan SOS.
Namun selanjutnya peran layang-layang digantikan oleh balon dan pesawat terbang. Fungsi layang-layang pun sekadar alat hiburan.
Kini ada layang-layang yang terbuat dari bahan sintetis, misal plastik atau nilon. Sedangkan rangkanya dari fiberglass atau aluminium, dengan benang dari bahan nilon atau polyester.
Sumber WikiPedia, chichit-news.blogspot.com dan KasKus
.