Pesan Tsunami Dari Aceh Sampai Pangandaran
Pesan Tsunami Dari Aceh Sampai Pangandaran
Jum'at, 15 Oktober 2010 09:38 WIB
Smong.............smong.......!! Ribuan warga di kabupaten Simulele, Nangro Aceh Darussalam, berteriak teriak sambil berhamburan ke atas bukit.Diantara mereka ada Lasamin yang memacu sepeda motornya.Pria 60 tahun itu tidak mau menjadi korban Tsunami yang menghantam kawasan itu pada 26 Desember 2004.Bersama sang istri yang di bonceng di belakang, pria asli Sinabang, ibu kota Kabupaten Simulele, itu akhirnya selamat.

Sayang sesampainya di atas bukit Lasamin teringat surat-surat berharga dirumahnya.Saat gelombang pertama surut dia memutuskan meninggalkan istrinya diatas bukit dan memacu motornya kembali ke rumah.Di tengah jalan,Dia sempat bertemu dengan Sukran tetangga sekampung.Berdua, mereka sebenarnya sempat mengurungkan niat pulang kerumah karena khawatir gelombang akan datang lagi.Kekhawatiran mereka itu terbukti, gelombang susulan datang dan langsung menghantam sepeda yang mereka tumpangi.Lasamin tewas sedangkan Sukran selamat setelah memanjat sebatang pohon.

Penggalan kisah itu termuat dalam buku berjudul Selamat dari Bencana Tsunami. Eko Yulianto dan kawan-kawannya memilih mengabadikan cuplikan-cuplikan peristiwa tsunami yang memporak porandakan Aceh pada 2004dan Pangandaran 2006 itu sebagai sebuah pembelajaran.Dalam kasus Lasamin dan Simulele, jumlah korban sebenarnya bisa jauh lebih besar dari sekedar tujuh orang (termasuk Lasamin)kalau di hitung jarak pulau itu dari pusat gempa di pengujung 2004.Bagi lebih dari tiga ribu warga Simulele, Smong memang sudah menjadi cerita yang diwariskan turun temurun secara lisan.

Isinya berupa pesan sederhanayang masih dipatuhi warga, :jika terjadi gempa bumi kuat di ikuti surutnya air laut, segeralah lari ke gunung karena air laut akan naik". Jadilah Smong semacam peringatan dini yang diwariskan leluhur agar generasi setelah mereka tidak mengalami kejadian serupa.Beruntung bagi warga Similele karena jarak dari pantai ke bukitterdekat tidak terlalu jauh.Eko dan kawan-kawan menduga Smong muncul setelah tsunami besar yang menerjang pulau itu pada 1907.

Pengetahuan warga setempat tentang bahaya datangnya tsunami diduga tersah pula oleh tsunami pada 1797 dan 1861.Eko dan peneliti lainnya percaya, cerita rakyat seperti itu juga hidup di pulau lain, termasuk Jawa."Jika ini dipelihara dengan baik,bisa membantu kita mewaspadai datang tsunami.

Di Mentawai, warga mengenal Teteu yang berarti Kakek atau Gempa Bumi.jika kata ini di artikan sebagai gempa bumi,syair teteudapat kita maknai sebagai sebuah peringatan dini.

Teteu katinambu leleu (gempa bumi, suara suaragemuruh datang dari atas bukit-bukit)
Barasita teteu (karena di sana gempa bumi telah datang)
Lalaklak pakguru sailet (orang-orang berlarian).

Di Pulau Jawa di kenal dengan Legenda Ratu Laut Kidul, Sang ratu laut di sebut Nyai Roro Kidul.Ratu cantik berambut panjang itu kerap dikisahkan menunggangi ombak tinggi dan sering meminta tumbal dengan mengirim ombak ke daratan.Diduga legenda Ratu Pantai Selatan khususnya Nyi Roro Kidul ini muncul setelah kejadian tsunami di masa lalu.
pasalnya penelitian geologi menemukan bukti bahwa endapan gempa bumi dan tsunami yang terjadi telah terjadi 400 tahun  di cilacap dan pangandaran jauh lebih besar ketimabang tsunami 2006.

Sayang banyak anak-anak sekarang tidak tahu pesan-pesan yang di sampaikan oleh leluhur-leluhur kita.

Sumber Koran Tempo (Des`08)
.

Tulisan Populer