Pangandaran Nan Menawan
Pangandaran Nan Menawan
Sabtu, 09 Oktober 2010 05:20 WIB
Pantai Pangandaran merupakan pantai yang terletak di pantai Selatan pulau Jawa. Pantai Pangandaran terletak di desa Pananjung, kecamatan Pangandaran, Ciamis. Sejauh mata memandang ke laut, yang ada hanya biru dan jernih. Mata sangat dimanjakan oleh alam.

Sekilas pantai Pangandaran nampak sama dengan pantai-pantai lain di Indonesia, tidak jauh beda dengan pantai Kuta. Namun ternyata Pangandaran memiliki keistimewaan tersendiri. Diantaranya; dapat menyaksikan sunset dan sunrise dari tempat yang sama, ada pantai berpasir putih, tersedia tim penyelamat wisata pantai, pantai yang landai dan terdapat taman laut dengan ikan beserta kehidupan lautnya, banyak warung makan dan tempat bersantai, juga terdapat bukit seluas lebih dari 500 hektare yang membagi kawasan pantai menjadi dua, yaitu Pantai Barat dan Pantai Timur. Oleh Pemda bukit tersebut kemudian dijadikan Taman Wisata Alam Pangandaran yang di dalamnya terdapat berbagai jenis flora dan fauna. Ada pula cagar alam laut seluas 470 hektare.

Tujuan kami kali ini adalah menyusuri Taman Wisata Alam Pangandaran namun dengan cara yang tidak biasa. Kami tidak masuk melalui pintu utama di darat melainkan lewat laut. Pak Ujang, pemilik perahu motor bercadik, menawarkan harga yang relatif murah. Hanya 10.000 / orang kami bebas biaya masuk, bisa menyusuri pinggir pantai, digoyang ombak dan menyaksikan terumbu karang dengan kedalaman 1 sampai 2 meter. Turun di pantai pasir putih, terlihat banyak wisatawan domestik di sepanjang pantai. Ada pula jasa membuat tatto, penyewaan tikar dan alat snorkling.

Perjalanan dilanjutkan dengan menaiki tangga-tangga alam, memasuki wilayah Taman Wisata Alam Pangandaran (cagar alam). Yang paling pertama yang kami temui adalah Gua Jepang. Gua Jepang ini dibuat selama periode Perang Dunia Kedua (1941 - 1945) dengan menggunakan kerja paksa selama sekitar 1 tahun. Gua ini terbuat dari tembok beton yang tertimbun tanah sebagai benteng pertahanan dengan lubang-lubang pengintai ke arah laut untuk mengawasi pendaratan oleh pihak sekutu. Banyak monyet berkeliaran di sekitar Gua Jepang. Mulai dari yang berukuran besar sampai yang paling kecil. Kuatir monyet-monyet tersebut bereaksi liar, kami terpaksa menyimpan kembali kamera.

Setelah melintasi jembatan terdapat sebuah prasasti yang menjelaskan tentang pohon jati. Pada tahun 1651 VOC menganggap jati merupakan emas hijau, karena perdagangan jati lebih menguntungkan daripada rempah-rempah.

Salah satu tujuan kami di Taman Wisata Alam Pangandaran ini yaitu Goa Lanang. Jarak dari jalan setapak utama ke Goa Lanang kira-kira 200 meter. Di kaki bukit Goa Lanang terdapat prasasti yang menjelaskan tentang legenda Goa Lanang, tentang kepemerintahan Prabu Anggalarang. Untuk sampai di mulut goa, terdapat kira-kira 20 anak tangga dengan ketinggian yang cukup curam untuk dinaiki.

Sampai di mulut goa udara terasa semakin sejuk. Goa Lanang adalah goa alami yang terbentuk akibat pelarutan batu gamping. Goa ini tetap terlihat gelap walaupun bagian ujungnya terdapat lobang tembus ke sisi lainnya. Meski begitu, sisa-sisa pelarutan yang membentuk batuan seolah menggantung di langit-langit goa atau yang disebut stalagtit masih bisa kami amati. Sedangkan sisa tetesan yang mengendap di lantai goa dan membatu atau yang disebut juga stalagmit tidak kami temui di sepanjang lorong Goa Lanang ini. Yang ada di lantai hanyalah endapan tanah yang berwarna merah kecoklatan sisa pelapukan atau disebut juga terrarosa.

Taman Wisata Alam Pangandaran ini merupakan obyek wisata yang mendukung keberadaan pantai Pangandaran. Oleh karena itu kelestarian flora dan faunanya harus dijaga dengan baik agar tetap menjadi daya tarik dan tetap istimewa bagi para pengunjungnya. Kami senang bisa menjadi saksi dari kekayaan alam Indonesia salah satunya Pangandaran yang menawan.

*) Peserta Aku Cinta Indonesia (ACI) Detik.com .

Tulisan Populer